Tag Archives: koreksi

Pernahkah kau berhenti mencintaiku?

Standar

“tak pernah berhenti mencintaiku…………………………….. siapakah gerangan dirinya?”
Bait lagu dari PADI Band ini merujuk pada hati, hati orang yang kata-nya cinta !!

Apakah kita pernah berhenti menunjukan rasa cinta?
Apakah kita pernah lupa untuk sekedar memberi senyuman?
Berapa kali-kah kita memberi penolakan, walau dengan cara yang paling halus?
Sudahkah menjadi orang yang selalu ada disetiap saat dibutuhin?

Memang tidak wajar, jika dia harus merasa nyaman jika ada yang lain hadir dan mengisi kekosongan – kekosongan yang sengaja atau-pun karena kesibukan kita menjadi terabaikan. Memanglah tidak harus dia mencari sosok yang bisa memberikan sesuatu padanya disaat kita tak sempat memberi.
Sangat-lah tidak wajar dia mengkhianati ikrar yang masih terikat !!
Selingkuh adalah kata bodoh bin tolol yang memang ada karena salah siapa ??

Manusiawi… hasrat untuk mencari yang terbaik. Manusiawi… kemauan untuk memenuhi kebutuhan. Dan Manusia yang akhirnya dianggap serakah itu, juga pasangan kita?

Sepertinya kita wajib mengoreksi diri.
Sepertinya kita telah sering mengabaikan “ke-manusiawi-an” pasangan kita?
Dan kita pula-lah yang memberikan peluang dia untuk mencari pundak, dada, paha, ketiak, bahkan bibir dan “bagian gelap” yang menjadikan dia lebih merasakan kenyamanan.
Seperti adanya hati yang menyentuh lebih halus, sayang yang diwujudkan dengan indah, cinta yang didaratkan dengan tepat, dan segalanya yang diberi dengan lebih tulus itu mudah didapatkan dari “orang lain” juga, BUKAN HANYA DENGAN MENGEMIS PADA KITA !!
Yah… Sepertinya kita tau itu…. !!

***BukitDurian_Januari2014

Melihat (kembali) diri sendiri

Standar

Kita sering memperhatikan orang lain, mengkritisi, bahkan menggosipi. Sudahkah kita memberikan evaluasi terbaik pada diri kita sendiri ??. Evaluasi diri dilakukan jika telah diawali dengan melihat semua sisi dalam diri kita, baik sisi baik maupun sisi yang buruk. Dizaman saya bersekolah di SD, saya juga disekolahkan di Madrasah (sekolah Agama Islam) disiang hari, dan guru (ustadz) saya sering mengingatkan kami bahwa “Koreksilah diri, sebelum mengoreksi orang”.

Sebuah pertanyaan yang sering ustadz tanyakan adalah seberapa sering kita mengoreksi diri, kami tidak perlu memikirkan karena telah diberikan jawaban bahwa setiap ada hal yang menimpa diri maupun yang menimpa orang lain, kita wajib melihat kembali ke diri kita. Salah satu bentuk ajaran Tuhan dalam Islam adalah jika mengetahui ada kematian maka yang di ucapkan adalah “Innalillahi wa inna illahi rojiun”, selain makna aslinya ada makna tersirat bahwa setiap apapun yang menimpa orang lain, kemungkinan juga akan menimpa diri kita.

Kita terkadang lupa mengontrol emosi, menjadi terlalu egois, sombong, sering iri dan cemburu, sulit memaafkan orang, dan lain – lain. Oleh karena kita tidak melihat hal itu sebagai hal yang perlu dieveluasi setiap saat, maka hal tersebut tidak dijadikan sebagai sebuah bahan yang perlu dievaluasi. Karena apapun didunia ini akan mengalami perbaikan jika sering dievaluasi, sering dilihat kembali, dan sudah tentu selalu disadari – termasuk yang ada didalam diri kita sendiri.

“Sulit untuk menjadi sempurna, tetapi tidaklah sulit untuk terus menyempurnakan sesuatu yang terasa kurang dalam diri kita”