Tag Archives: reklamasai

KOTA-ku BERGAYA mengundang BENCANA

Standar

Memasuki bulan berakhiran BER, kita selalu diperhadapkan dengan situasi cuaca yang sedikit mengamuk. Cobaan mendera hampir di seluruh bagian bumi, tak terkecuali Indonesia, tak terkecuali Maluku Utara, dan tak terkecuali pulau kecil kita – Ternate dan Tidore sekitarnya.
ternate 1111
Berita banjir di Jawa bagian tengah, ombak yang mengamuk disebagian daerah, bahkan dini hari tadi di Ternate (02/12) angin dengan kecepatan tinggi menyerang bagian tengah dan selatan kota, pohon tumbang dan beberapa fasilitas rusak hingga mobil tertimpa. Doa melalui Tuhan medsos-pun dipanjatkan via status dan twit dimana – mana.
Kita sepatutnya bersyukur, karena alam yang akhir – akhir ini tak kita hargai lebih memberi kenyamanan dibanding ketidaknyamanan didalam 365 kali terbit matahari-Nya, Penghuni Ternate misalnya, begitu enjoy membuang sampah di tempat yang mereka suka, bukan ditempat yang disediakan. Pemerintah kota atas nama pembangunan, atas nama prestasi dan karya, melakukan terobosan pembangunan dengan dalil penataan, membetonkan segala rupa tempat, mempersempit jalur air, mengurangi daerah resapan, bahkan menimbun laut tanpa mempertimbangkan dampak yang terjadi nanti dan nanti.
Dizaman Now ini, Pemda lebih asik mengedepankan karya dari pada mengkalkulasi dampak – padahal karya yang nantinya dihadiahi dampak negatif sebaiknya tidak di jadikan make-up wajah pemerintah semata, demi memuaskan nafsu akan kekaguman dan pengakuan rakyat bahwa mereka telah berbuat, mereka telah melakukan sesuatu yang nyata, dan mereka dinyatakan berpihak.
Wilayah bagian tengah yang dijadikan pusat kota Ternate adalah wilayah dengan elevasi paling rendah Pulau Ternate, hal ini nyata terlihat dengan genangan air yang membentuk rawa selama ini. Beberapa tahun belakangan, area resapan dan “bak penampung akhir” dipersempit untuk membangun fasiltas yang sebagian adalah untuk memberi jamuan ekslusif kepada pemilik modal dengan ruko, hotel, maupun fasilitas hiburan dan belanja. Sepanjang area Kalumata sampai dufa – dufa di-reklamasi untuk perluasan area, padahal volume air laut tidak berkurang, karena teorinya, air tersebut hanya tergeser ke tempat lain yang mengakibatkan area tidak bertembok talud menerima nasib, Tidore kena dampak luarbiasa dari kebijakan pembangunan Ternate. Padahal sebagian SDM di Pemerintah Kota Ternate yang kita kenal saat ini adalah orang – orang dengan kemampuan diatas rata – rata dalam hal perencanaan pembangunan daerah.
Sebenarnya problem kota ini jika di jadikan topik diskusi, akan menjadi topik dengan pembahasan terpanjang karena saling terkait sana – sini. Disaat kita bicara ekonomi kerakyatan, space untuk mama – mama lokal penjual BARITO sangat tidak memadai, namun Pemkot malah memberi ruang istimewa untuk perantau dengan lapak buahnya, ruko yang nyaman menjual sampai mengambil sebagian bahu jalan, hingga gedung bertingkat yang akan memberikan rasa plus-plus pada penikmat fashion kelas menengah keatas-pun disegerakan. Lebih mementingkan tempat ekslusif bagi retailer fashion dibanding mama – mama penjual barito. Pertanyaannya, kota ini mau dijadikan kota Fashion atau karena investasi retailer lebih mengenyangkan daripada jeritan mama-mama dan bibi-bibi diruang sempit yang hanya berkontribusi seribu rupiah per hari untuk kota ini.
Apakah tempat yang begitu luas di kota ini hanya untuk mereka yang dianggap mampu mendongkrak kebutuhan politik dibanding mereka yang sering menjadi komoditas politik. Saya sedikit kesal, karena rakyat butuh tempat, yang diberi ruang adalah mereka yang bertujuan menarik keuntungan dari Ternate untuk dibawa keluar.
Ternyata sudah melenceng dari topik awal, kembali ke laptop.
Kita harus menyadari bahwa reaksi alam adalah dampak dari aksi berlebihan kita semua. Lebih dari itu, semua pihak sudah harus berikhtiiar karena gaya membangun dan gaya hidup kita sesungguhnya hendak memanggil – manggil bencana untuk datang menghampiri. So, Jangan selalu dengan mudah menyatakan bahwa Alam sudah tidak bersahabat setiap kali terjadi bencana atau ketika semua yang terjadi tidak sama persis seperti yang Anda harapkan.
Semesta ini hidup, Alam punya perasaan. sudah begitu baik selama ini terus saja dinikmati tanpa dijaga, sudah sama sekali tak mengeluh, masih saja dinyatakan “sudah tidak bersahabat”. Jangan sombong jadi Manusia, jangan terlalu bangga telah begitu tidak tahu diri sebagai Makhluk Tuhan. BAGITU DULU E….. (logat Ternate) (*)